tafsir ayat puasa

Tafsir Ayat Puasa (Al-Baqarah: 183)

Dalam Al-Quran ayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah puasa berada pada surat Al- Baqarah ayat 183 sampai dengan 187, yang memiliki kandungan dan pelajaran yang sangat berharga.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” [QS. Al-Baqarah: 183]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا

“Wahai orang-orang yang beriman”

Dari lafadz ini diketahui bahwa ayat ini madaniyyah atau diturunkan di Madinah (setelah hijrah, pen), sedangkan yang diawali dengan yaa ayyuhan naas, atau yaa bani adam, adalah ayat-ayat makkiyyah atau diturunkan di Makkah. [Al-Itqan fi ‘Ulumi Al-Qur’an, karya Imam As-Suyuthi: 55]

Imam Ath-Thabari menyatakan bahwa maksud ayat ini adalah: “Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, membenarkan keduanya dan mengikrarkan keimanan kepada keduanya”. [Jami’ Al-Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an: 3/409]

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “Firman Allah Ta’ala ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa”. [Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim li Ibni Katsir: 1/497]

Orang-orang beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan setiap orang yang merasa dirinya beriman hendaknya tatkala mendengar firman Allah dia menyiapkan dirinya dan memasang telinganya, karena ini adalah panggilan Rabbul ‘Alamin, dan apa yang disampaikan adalah sesuatu yang penting. Kemungkinan perintah atau larangan, seadainya kita memiliki atasan kemudian dia memanggil kita tentu kita akan bergegas dan mendengarkan dengan seksama.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ

“Telah diwajibkan atas kamu berpuasa”

Allah jadikan puasa salah satu dari rukun Islam, rukun yang paling kuat dari sesuatu. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بُنِيَ الإسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ الْبَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ. رواه البخاري ومسلم

“Islam dibangun atas lima pekara. (1) Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah, (2) mendirikan shalat, (3) mengeluarkan zakat, (4) melaksanakan ibadah haji, dan (5) berpuasa Ramadhan”. [HR Bukhari dan Muslim]

كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ

“Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian”

Kabar dari Allah bahwa puasa ini bukan hanya untuk umat nabi Muhammad saja, tapi juga diwajibkan atas umat-umat, apa maksudnya?

  1. Supaya kita tidak merasa berat, bahwa kita juga memiliki beban yang sama, berarti ini bukan pertama kali, ini menunjukkan mudah.

  2. Supaya kita mau berlomba, siapa yang paling beramal sholeh, meskipun dengan tata cara yang berbeda dari umat-umat terdahulu Allah ta’ala berfirman:

    لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ

    “Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”

    لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

    “Agar kalian bertaqwa”

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya, tentang keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan mengatakan bahwa: Puasa itu salah satu sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan:

  1. Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa’.
  2. Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan, minum atau berjima’ tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa Allah mengawasinya.
  3. Puasa itu mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi.
  4. Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan tabiat orang yang bertaqwa.
  5. Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang bertaqwa. [Taisir Al-Karim Ar-Rahman: 1/86]

Penulis:
Ustadz Mahfudz Khudhori, S.H.
حَفِظَهُ اللهُ

× Kontak kami