Jas Putih dan Niqob Putih
17 Tahun yang lalu terlahirlah sesosok bayi perempuan dari kalangan keluarga biasa. Bayi yang kelahirannya membuat kekecewaan bapak ibunya, diharapkannya kelahiran bayi laki-laki hebat yang akan mengangkat derajat dan ekonomi keluarga. Anak pertama sudah perempuan kenapa yang kedua juga perempuan (benak sang ayah).
Diserahkanlah bayi ini kepada sang nenek dan dia hidup di bawah didikannya. Tahun demi tahun berlalu hingga di umur yang ke 5, anak ini masuk ke bangku Sekolah Dasar, dan disitulah dia mulai mengenal apa itu mimpi, cita-cita dan harapan tanpa dukungan sosok bapak ibu yang lumrahnya di usia ini anak-anak tumbuh di pelukan mereka.
***
Dan inilah aku….
Dibangku kelas 4 SD pernah suatu hari diadakan acara bakti sosial dokter ramah se-Kabupaten. Belasan dokter mengunjungi sekolah-sekolah di desaku. Salah satunya MI Tarbiyatul Athfal Karangjongkeng, ini sekolah pertamaku menimba ilmu. Aku lihat dokter-dokter cantik dengan jas putih yang memperwibawakan mereka. Terbesit di pikiranku ingin menjadi seperti mereka.
Dari situ mimpiku selalu menjadi candaan orang, SPP aja bantuan sok-sokan mau jadi dokter, biayanya mahal begini begitu. Bahkan nenek ku bilang “bocah wadon kie pasti akhire ning pawon, ngurusi bojone uwis…” (Perempuan itu pasti ujung nya di dapur ngurusin suami…). Hingga masuk kejenjang SMP aku belum mengubah mimpiku walaupun layu tapi aku tetap jadikan itu sebagai jawaban di pertanyaan “apa cita-citamu?"
Aku masuk ke SMP NURUDDIN TONJONG kriteria swasta yang terlihat jelas dari namanya, di bawah ajaran ke-NU-an aku selalu percaya aswaja itu hanya NU. Aku bukan siswi yang aktif bukan pula siswi pasif, aku selalu menolak jika ditunjuk kecuali 2 hal waktu itu. Aku ditunjuk menjadi ketua pramuka dan PMR (Palang Merah Remaja). Aku suka kimia hal-hal yang berbau ilmu kesehatan dan kedokteran. Habisnya masa jabatanku 1 tahun aku mulai masuk kelas 9 dan fokus UAS, Try Out, dan UNBK (Ujian Nasional Basis Komputer).
Dengan kondisi ekonomiku waktu itu, semua biaya ditanggung sekolahan dulu. Di usia yang ke 14 saat itu, aku membantu nenekku bekerja sebagai kuli batako. Indah sangat jika diingat berangkat les jam 5 pagi, pulang sekolah jam 3 siang ngangkut batako sampe jam 6 sore.
Selang beberapa waktu tibalah waktu wisudaku di Pantai Cemara Kota Bawang. Aku meraih peringkat ke-2 dengan hadiah sertifikat, uang Rp.500.000 dan tawaran lanjut SMK. Aku gunakan uang itu untuk melunasi SPP-ku.
Antara senang dan sedih Qodarullah, Allah memanggil nenekku pulang. Jum’at 17 Ramadhan (2019). Aku sempat berfikir lalu untuk siapa ku tunjukkan jas putihku nanti. Aku ingin menunjukkan pada nenekku aku bisa, walau berujung di dapur setidaknya pengetahuanku berbeda dengan yang pada umumnya. Aku ingin bekerja saja.
Umur 14 tahun mau kerja apa? Dengan semangat dan dorongan budheku aku kembali merakit semangat baru, kembali menguatkan tekad, dan Juli 2019 aku berangkat ke Yogyakarta, aku lanjut ke SMK KESEHATAN FARMASI. Yang kata orang mahal royal begini begitu sedangkan aku orang pas-pasan “nanti makannya gimana, sabun, buku PKL ini itu?”
Tapi aku percaya dengan kalimat yang pernah aku dengar bahwa Allah akan memudahkan jalan hambanya dalam menuntut ilmu.
Dan Alhamdulillah aku habiskan 3 tahun SMK-ku dengan susah senang yang aku syukuri. Tahun 2020-2021 aku Praktek Kerja Lapangan (PKL) di rumah sakit Brebes. Seperti yang dibayangkan aku kesana kemari dengan jas putih yang aku impikan sejak lama. Betapa senangnya aku (Yaa Allah Terimakasih) walau saat itu harus pake masker 2-3 lapis tapi aku bahagia menjalaninya.
3 Tahun berlalu dengan cepat, aku harus meninggalkan sekolahan ini. Dengan membawa peringkat pertama dan tawaran lanjut kuliah. Kali ini berbeda dari beasiswa SMP ku dulu. Yang hanya menuju pada satu tujuan saja, di sini aku disuguhi jurusan sains, kimia, perawat, apoteker, informatika komputer dan banyak lagi.
13 Mei 2022 Aku mengikuti seminar lanjut perawat ke Jepang, kerja sambil kuliah 15 jt/bulan, menggiurkan bukan? 4 tahun di jepang pulang bisa beli rumah plus dapet gelar S.Kep. Karena kebetulan aku juga suka anime bahasa jepang sudah tidak asing ditelingaku. Karna waktu itu masih maraknya Virus Covid-19 berangkat ke Jepang diundur dari yang Juli ke Oktober (untuk latihan bahasa 3 bulan).
Dalam penantianku menunggu Oktober, datang tawaran beasiswa masjid ke MA’HAD ALY AR-RASYID tanpa perlu ngurus Paspor dan SKCK dan langsung diantar pak Kepala Sekolah. Entah kenapa aku terus bertanya-tanya apa itu ma’had? Semua murid disana berniqab, sedangkan pemikiranku sangat memandang aneh wanita-wanita berniqab.
Tapi kenapa aku ingin sekali kesana, entah dorongan apa yang membuatku lupa akan mimpi jas putihku itu. 14 Agustus 2022 Tanpa aku mengerti aku tiba di Wonogiri, semua seperti ilusi. Siapa aku? Apa ini niqab? Kenapa aku memakainya?
Ilmu apa ini sampai membuatku mengurangi waktu tidur untuk mempelajarinya. Tapi berjalannya waktu aku mulai nyaman dengan semuanya. Satu Semester yang dipenuhi pertanyaan berlalu dengan penantian menunggu liburan. Di usiaku yg ke 17 tahun Aku sudah biasa mendengar ocehan “mau jadi apa sih, makannya gimana itu dapet uang dari mana bisa begini begitu, orang ngga punya sok-sokan sekolah tinggi, nyari jodoh yang kaya gimana si, yang namanya orang ngga punya pasti jodohnya orang ngga punya juga” banyak lagi.
Dari sini aku belajar jika hidup bukan selalu tentang uang, Allah cukupkan kebutuhan-kebutuhanku. Dan dari sini pula aku belajar indahnya kesederhanaan daripada kemewahan. Tidak berharap lebih Semoga Allah kirimkan sosok yang bisa menerimaku dengan segala kekurangan yang aku miliki. Seseorang yang mampu menuntunku untuk tetap di jalan-Nya dan Sunnah. Merubah siang menjadi malam saja mudah apalagi merubah takdir makhluk lemah seperti ku :)
***
Penulis:Pita Karlita
Posting Komentar